Bapakisme Negara, dalam arsip pengelolaan keluarga di masa Orde Baru
Saya Shiraishi dalam salah satu bagian dari bukunya yang berjudul "portraits of the new order bapak" dalam buku young heroes the Indonesian Family in Politics, menyebutkan bahwa Soeharto mendudukkan negara Indonesia sebagai sebuah keluarga. Lebih lanjut tentunya Soeharto sendiri berperan sebagai bapak yang wajib memberikan perlindungan, pengajaran, punishment dan arahan kepada anak-anaknya (baca penduduk Indonesia). Pada masa rezim politik Orde Baru inilah melalui terbitan-terbitan resmi yang disediakan dengan menggunakan pembiayaan "inpres" atau instruksi presiden, para keluarga di Indonesia diajari bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak. Instruksi tersebut melingkupi aturan yang dikeluarkan oleh presiden mengenai pelaksanaan suatu keputusan presiden yang memuat aturan-aturan teknis.
Koleksi ini berjudul membina tunas bangsa, diterbitkan pada tahun 1988 dengan tujuan sebagai bahan bacaan yang disediakan bagi perpustakaan desa. Senada dengan program pendidikan sembilan tahun dan pemberantasan buta huruf, pemerintah memasukkan propaganda-propaganda dalam bapakisme negara untuk mendidik warga masyarakat desa bagaimana cara mengasuh anak agar dapat warga negara yang baik. Dilengkapi dengan cuplikan-cuplikan cerita yang disertai soal untuk dijawab diakhir halaman. Buku ini berisikan empat bab yang masing-masing bertema mengenai keluarga teladan, perkembangan anak, pendidikan anak dan perempuan tumpuan harapan. Tentunya bertujuan agar keteladanan yang dimuat dalam keempat bab tersebut dapat terwujud dalam setiap keluarga di Indonesia.
Buku ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui sebuah gambaran keluarga ideal yang dikonstruksikan oleh rezim politik Orde Baru. Menekankan konsep "berbakti" kepada sesama dan keluarga sama artinya dengan berbakti kepada nusa dan bangsa. "Keluarga" dianggap sebuah potret kecil negara, dimana setiap keluarga di Indonesia perlu dididik agar dapat menjadi keluarga yang ideaĆ (baca negara ideal). Disetiap akhir dari bab dalam buku, disertai dengan soal yang harus dijawab oleh para pembaca. Menunjukkan bahwa buku ini selain berisikan propaganda dan indoktrinasi, namun juga bahwa buku ini juga bertujuan sebagai sarana pendidikan di desa. Menjaga harmoni dalam keluarga sebagai unit terkecil sebuah negara menjadi fokus dari buku ini.